Jumat, 23 Mei 2008

Ginseng Berpotensi Obati Schizophrenia


GINSENG bukan hanya bermanfaat sebagai penambah tenaga, bahan ramuan herbal ini menurut penelitian juga berpotensi mengatasi gejala schizophrenia sejenis penyakit otak yang sanggup merusak dan menghancurkan emosi.

Dalam sebuah penelitian kecil, para ahli dari University of Western Ontario, Kanada, berhasil membuktikan bahwa ginseng Asia atau Panax ginseng mampu meringankan gejala penderita schizophrenia yang disebut Flat Affect. Gejala ini termasuk gejala negatif yang ditandai kurangnya motivasi dan menurun drastisnya ekspresi emosional.

Dalam schizophrenia, dikenal istilah gejala negatif dan gejala positif. Gejala negatif berupa tindakan yang tak memberi dampak merugikan bagi lingkungannya, seperti mengurung diri di kamar, melamun, menarik diri dari pergaulan, dan sebagainya. Sementara gejala positif adalah tindakan yang mulai membawa dampak bagi lingkungannya, seperti mengamuk dan berteriak-teriak.

Selama ini para ahli di dunia belum dapat menemukan obat penyembuh penyakit kejiwaan ini. Namun terapi yang disebut antipsikotik diakui para dokter efektif dalam menurunkan atau mengurangi gejala positif schizophrenia seperti -- halusinasi, berkhayal, dan gangguan berpikir.

Di Amerika Serikat, penyakit schizophrenia selama ini telah menyerang 3,2 juta orang. Menurut direktur National Institute of Mental Health, Thomas Insel MD, kini yang justru sering menjadi penyebabnya adalah gejala negatif serta gangguan berpikir. Ini juga termasuk "flat afflect" yaitu kurang kesenangan dan motivasi dalam hidup sehari-hari, ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara berarti meskipun telah dipaksa berinteraksi.

Menurut para ahli Kanada ini, riset pada binatang telah mengindikasikan bahwa Panax Ginseng mampu menunjukkan khasiat pada otak seperti halnya obat-obat kimia yang dirancang mengatasi gejala-gejala negatif dan positif Schizophrenia.

Peneliti lalu mengujicobakan Panax pada 42 pasien schizophrenia yang mengalami gejala negatif meski telah mendapatkan pengobatan atau terapi antipsikotik. Pasien dibagi menjadi dua kelompok dan selama delapan pekan pertama, ada kelompok yang mendapat dosis Panax Ginseng dan plasebo. Kelompok ginseng lalu digilir mendapat plasebo, dan kelompok plasebo mendapat ginseng selama delapan pekan. Selama riset, seluruh pasien tetap mendapatkan obat-obat antisikotik standar.

Hasilnya menunjukkan, pasien mengalami penurunan 50 persen flat affect ketika mengonsumsi ginseng dengan kadar lebih tinggi yakni 200mg ketimbang saat mendapat plasebo.

"Dosis yang lebih tinggi juga secara signifikan menurunkan gejala negatif lainnya," ungkap, Simon S. Chiu, MD, PhD dari bagian psikiatri University of Western Ontario yang mempublikasikan temuannya dalam American Psychiatric Association.

Ia menekankan, terlalu dini untuk menganjurkan orang menggunakan ginseng sebagai obat schizophrenia. Namun begitu, ini menunjukkan harapan bahwa herbal ini dapat membantu pengobatan antipsikotik.


Tidak ada komentar: